Jumat, 10 Desember 2010

ASKEP BULIMIA NERVOSA


KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan Alhamdulillah serta puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala kekuatan dan rahmat-NYA jugalah penulisan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Bulimia Nervosa” selesai sesuai dengan yang diharapkan.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ermi Rabiulya,S Kep selaku pembimbing mata ajar sistem pencernaan dan berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum memuaskan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Akhir kata, penulis mohon maaf jika dalam proses penulisan makalah ini ada kesalahan. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan baru bagi para pembaca mengenai bulimia nervosa.




Jakarta,1 November 2010


Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Korban masalah gangguan pola makan atau yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai eating disorder sudah banyak sekali, dari kelompok selebriti sampai orang biasa. Kalau enggak diobati secara serius, gangguan pola makan bisa mengakibatkan korban jiwa. Remaja, terutama remaja putri, termasuk kelompok yang rentan terhadap gangguan ini. Mungkin karena remaja berusaha untuk “gaul” dan cenderung menjadi korban mode yang menuntut seseorang langsing cenderung kurus.Seseorang dapat dikatakan mengalami gangguan pola makan apabila ia terobsesi dengan pengaturan makanan dan berat badannya. Mereka melakukan hal-hal yang ekstrem untuk menjaga berat badannya. Ada dua gangguan pola makan, anorexia dan bulimia nervosa.
Walaupun belum diketahui secara pasti, ada berbagai teori yang menjelaskan penyebab kedua gangguan ini.
Salah satu teori menyebutkan bahwa penyebabnya adalah karena cewek-cewek merasa sangat tertekan dengan “kewajiban” untuk tampil langsing seperti yang dimunculkan oleh televisi dan majalah. Teori yang menunjuk adanya gangguan pada sebagian fungsi otak yang berkaitan dengan body image.Penderita bulimia nervosa makan dalam jumlah sangat berlebihan (menurut riset, rata-rata penderita bulimia nervosa mengonsumsi 3.400 kalori setiap satu seperempat jam, padahal kebutuhan normal hanya 2.000-3000 kalori per hari). Kemudian berusaha keras mengeluarkan kembali apa yang telah dimakannya, dengan cara memuntahkannya kembali atau dengan menggunakan obat pencahar. Di antara kegiatan makan yang berlebihan itu biasanya mereka berolahraga secara berlebihan.
Biasanya penderita tidak langsung ketahuan oleh orang lain bahwa ia menderita penyakit ini, karena berat badannya normal dan tidak terlalu kurus. Karena tidak ketahuan sehingga tidak ditangani dokter, penyakit yang sering berawal ketika seseorang masih berusia remaja ini dapat berlangsung terus sampai ia berusia empat puluhan sebelum ia mencari bantuan.

Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan tentang pasien dengan bulimia nervosa.untuk memudahkan kita sebagai calon perawat dalam merawat pasien dengan bulimia nervosa.

  1. Tujuan
  1. Tujuan Umum
Di peroleh gambaran secara nyata dalam merawat pasien dengan bulimia nervosa.
  1. Tujuan Khusus
  1. Mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan bulimia nervosa.
  2. Mampu melakukan masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan bulimia nervosa.
  3. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan klien dengan bulimia nervosa.
  4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan bulimia nervosa.
  5. Mampu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah di lakukan
  6. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.
  7. Mampu menglidentifikasi faktor pendukung,penghambat,serta dapat mencari solusi
  8. Mampu mengdokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan bulimia nervosa.


BAB II
KONSEP DASAR

    • Asuhan Keperawatan Bulimia Nervosa
      1. Pengkajian
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese dan pemeriksaan fisik.
    1. Anamnese
  • Identitas
  1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
  1. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
    1. Riwayat Kesehatan
          1. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan jarang diungkapkan klien. Klien biasa mengungkapkan bahwa dia tidak menderita bulimia nervosa dengan tanda binge dan purge.
          1. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana binge dan purge dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu menjalar binge dan purge kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi binge dan purge atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan binge dan purge tersebut.
          1. Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya, kapan waktu terjadinya, dan penangan yang dilakukan sendiri sebelum di rawat. Klien bulimia nervosa sering berfokus pada cara menyenangkan orang lain dan menghindari konflik. Klien dengan bulimia sering memiliki perilaku impulsif seperti penyalahgunaan zat dan pencurian, ansietas, depresi, dan gangguan keperibadian.
          1. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit bulimia nervosa.
    1. Pemeriksaan fisik
  • Keadaan Umum
    1. Penampilan Umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien. catat kehilangan berat badan 15% dibawah normal atau lebih. Klien bulimia nervosa dapat kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan, tetapi biasanya mendekati berat badan yang diharapkan sesuai dengan usia dan ukuran tubuhnya. Penampilan umum klien tidak luar biasa, dan klien tampak terbuka dan mau berbicara.
    1. Kesadaran
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien. Klien bulimia malu dengan perilaku makan berlebihan dan pengurasan. Klien mengakui bahwa perilaku tersebut abnormal dan berusaha keras untuk menyembunyikanya dari orang lain. Klien merasa lepas kendali dan tidak mampu merubah perilaku tersebut meskipun klien mengakui perilaku tersebut sebagai hal yang patologis.
    1. Tanda-tanda Vital
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (TPRS).
  • Sistem gastrointestinal
Mengkaji tentang keadaan gigi, mulut, dan abdomen . Biasanya pada klien bulimia nervosa dapat terlihat karies gigi, lidah kotor, membran mukosa mulut kering dan perut agak cekung atau semua ini bisa tidak terlihat karena terjadi dengan dirahasiakan oleh klien.
    1. Pola aktivitas
    1. Nutrisi
Dikaji tentang intake dan output nutrisi, porsi makan, nafsu makan, pola makan dan aktifitas setelah makan kliem. Klien bulimia makan berlebihan (binge) dan melakukan pengurasan (purge). Klien mengakui bahwa perilaku tersebut abnormal dan berusaha keras untuk menyembunyikanya dari orang lain.
    1. Cairan
Dikaji tentang intake cairan yang berkurang dan output cairan berlebih , keseimbangan cairan dan elektrolit (natrium, kalsium, albumin), turgor kulit tidak elastis dan membran mukosa kering.
    1. Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan mengatur pola makan binge, mencegah terjadinya pengurasan (purge) dan kekuatan otot. Hal membuat klien dapat cepat lelah karena kekurangan asupan nutrisi dan cairan yang cukup.
    1. Aspek Psikologis
Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati klien. Klien yang mengalami gangguan makan mempunyai mood yang labil, biasanya berhubungan dengan perilaku makan atau diet klien. Menghindari makanan yang “buruk” atau makanan yang menggemukkan memberi klien perasaan kuat dan kendali terhadap tubuhnya, sedangkan makan berlebihan atau pengurasan menimbulkan ansietas, depresi, dan perasaan lepas kendali. Klien sering tampak sedih, cemas, dan khawatir.
Klien bulimia nervosa pada awalnya senang dan gembira, seolah-olah tidak ada yang salah. Wajah yang menyenangkan biasanya hilang saat klien menunjukan perilaku makan berlebihan dan pengurasan, dan klien mungkin menunjukan emosi yang intens tentang perasaan bersalah, malu, dan memalukan. Klien merasa lepas kendali dan tidak mampu merubah perilaku tersebut meskipun klien mengakui perilaku tersebut sebagai hal yang patologis.
Hal ini menebabkan klien bulimia nervosa menjalini hidup yang rahasia, dengan diam-diam melakukan makan yang berlebihan dan pengurasan dibelakang teman dan keluarga klien. Jumlah waktu yang diluangkan untuk membeli dan memakan makanan dan kemudian melakukan pengurasan dapat mengganggu performa peran baik di rumah maupun di lingkungan.
    1. Aspek penunjang
  • Hasil pemeriksaan Laboratorium
  • Na : 135 -145 mEq/L
  • Ca: 4-5 mEq/L
  • K : 3.5 – 5.3 mEq/L

  1. Diagnosa Keperawatan
  1. Ketidakefektifan koping individu
  2. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih.
  3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rangsangan muntah sendiri, penggunaan laktasif berlebihan.
  4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa takut kegemukan yang tidak wajar.
  5. Risiko kerusakan integritas kulit b.d. gangguan nutrisi/ status metabolik, dehidrasi.
  6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d. kurang mengenal informasi tentang kondisi, keterampilan koping tak adaptif.

  1. Intervensi Keperawatan
No.
Dignosa keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Ketidakefektifan koping individu

Setelah dilakukan tindakan keperwatan 4 x 24 jam ketidakefektifan koping individu
dapat terpenuhi.
KH :
  • Menidentifikasi metode yang tidak berhubungan dengn makanan dalam menghadapi stres atau krisis
  • Mengungkapakan perasaan bersalah, ansietas, marah, atau kebutuhan yang berlebihan akan kontrol
  • Menunjukan hubungan interpersonal yang lebih memuaskan
  • Mengungkapkan citra tubuh yang lebih realistis
  • Menujukan metode alternatif dalam menghadapi stres atau krisis
  • Mengungkapkan peningkatan harga diri dan percaya diri
  1. Terapkan batasan dengan klien tentang kebiasana makan.
  2. Dorong klien makan dengan klien lain atau keluarganya, jika ditoleransi.
  3. Dorong klien unruk mengungkapkan perasaannya (ansiates dan rasa bersalah tentang makan).
  4. Dorong klien untuk membuat catatan harian guna menuliskan tipe dan jumlah makanan yang dimakan, megidentifikasi perasaan yang dialami sebelum, sesudah dan setelah makan terutama tentang perilaku makan yang berlebihan dan pengurasan.
  5. Diskusiskan makanan yang menyenangkan bagi klien dan mengurangi ansietas.
  6. Bantu klien menggali cara mengatasi emosi (marah, ansietas, dan frustasi).
  7. Berikan umpan balik positif terhadap klien.
  8. Ajarkan klien tentang penggunaan proses penyesalan masalah.
  9. Eksplorasi bersama klien tentang kekuatan personalnya.
  10. Diskusikan dengan klien tentang ide menerima berat badan yang kurang “ideal”.
  11. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang anggota keluarga dan orang terdekat, peran dan hubungan dengan mereka.
  1. Mencegah perilaku makan berlebihan yang mencakup makan diam-diam dan menelan makanan dengan cepat serta menbantu klien kembali ke pola makan yang normal (3 kali sehari).
  2. Mencegah kerahasian tentang makan meskipun pada awalnya ansietas klien mungkin terlalu tinggi untuk bergabung makan bersama.
  3. Membantu mengurangi perasaan secara verbal dapat mengurangi ansietas dan mengurani perilaku pengurasan makanan.
  4. Membantu kilen memeriksa asupan makanan dan perasaan yang dialaminya.
  5. Membantu klien melihat dengan menggunakan makanan untuk mengatasi perasaan atau membuat nyaman dirinya.
  6. Membantu klien memisahkan masalah emosional dari makanan dan perilaku makan.
  7. Meningkatkan usaha klien dalam menghadapi ansietas, kemarahan, dan perasaan lainnya secara jujur dan terbuka.
  8. Membnatu meningkatkan harga diri klien dan percarya diri klien.
  9. Membantu klien menemukan kekuatannya.
  10. Mengubah persepsi klien tentang bertat badan yang ideal mungkin tidak realistis dan tidak sehat.
  11. Membnatu klien mengidentifikasi, menerima, dan mengatasi perasaannya dengan cara yang tepat.
2.
Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kekurangan volume cairan tubuh dapat terpenuhi.
KH :
  • TTV : s: 36-37C, TD: 110/70- 120/ 70 mmHg, P: 16-20 x/menit, N: 80-100 x/menit
  • intake dan output seimbang
  • abdomen tidak cekung
  • membran mukosa lembab
  • turgor kulit kembali dalam 3 detik
  • tidak ada muntah
hasil laboratorium : Na: 135 -145 mEq/L, Ca: 4-5 mEq/L, K : 3.5 – 5.3 mEq/L
  1. Awasi TTV nadi status membran mukosa turgor kulit
  2. Awasi jumlah masukan cairan (intake & output)
  3. Indentifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan cairan
  4. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan tugr kulit
  5. Memberikan cairan sesuai indikasi
  6. Auskultsi bising usus
  7. Awasi pemeriksaan laboratorium tentang elektrolit
  8. Menimbang berat badan tiap hari
  9. Kaji riwayat pasien atau orang terdekat sehubungan lamanya dari muntah
  10. Suhu , warna kulit, kelembapan kulit
  11. kolaborasi pemberian cairan infus
  12. Terapkan batasan dengan klien tentang kebiasana makan.
  13. Dorong klien makan dengan klien lain atau keluarganya, jika ditoleransi.

  1. Indikator keadekuatan volume sirkulasi
  2. Untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit
  3. Melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakseimbangan
  4. Menunjukan kehilangan cairan
  5. Memperhatikan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit
  6. Mencegah terjadinya infeksi pada saluran pencernaan
  7. Memberikan informasi tentang volume sirkulasi, keseimbangan elektrolit
  8. Mengukur keadekuatan pengantian cairan
  9. Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total
  10. Mengindikasi terjadinya dehidrasi
  11. Agar tidak terjadi dehidrasi tubuh
  12. Mencegah perilaku makan berlebihan yang mencakup makan diam-diam dan menelan makanan dengan cepat serta menbantu klien kembali ke pola makan yang normal (3 kali sehari).
  13. Mencegah kerahasian tentang makan meskipun pada awalnya ansietas klien mungkin terlalu tinggi untuk bergabung makan bersama.

3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rangsangan muntah sendiri, penggunaan laktasif berlebihan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat terpenuhi.
KH :
  • berat badan dalam rentang normal dari perhitungna berat badan ideal
  • asupan nutrisi seimbang sesuai berat badan
  • bising usus 5 – 30 x/menit
  • abdomen tidak terdapat nyeri tekan
  • tingkat kesadaran kompos mentis
  • konjungtiva merah muda

  1. Berikan pengawasan pasien dengan tetap tingggl diruangan tanpa kamar mandi
  2. Hindari pemberian laktasif
  3. berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan
  4. Libatkan pasien dalam pengusun / melakukan program perubahan perilaku
  5. Timbang berat badan tiap hari buat jadwal teratur
  6. Rujuk keahlian gizi
  7. Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan sebelumnya
  8. Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama
  9. Auskultasi bising usus
  10. Berikan tambahan makanan / nutrisi dukung total bisa dibutuhkan
  11. Kaji TTV, membra mukosa, turgor kulit
  12. dorong klien untuk makan semua makanan
Awasi pemeriksaan laboratorium, antara glukosa serum, albumin dan total protein
  1. Mencegah muntah selama / setelah makan
  2. Penguanaan berakibat buruk karena digunakan sebagai pembersih makan / kalori tubuh oleh pasien
  3. Perawatan diri memberikan kontrol lingkungan di mana masuknya makanan, muntah/ obat dan aktivitas dipantau
  4. memberikan situasi terstuktur untuk mengambarkan kearah yang lebih baik
  5. Pengawasan kehilangan dan alat pengkaji kebutuhan nutrisi
  6. Perlu bantuan dalam perencanaan memenuhi kebutuhan nutrisi
  7. Memberikan informasi tentang adekuat masukan untuk pemenuhan nutrisi
  8. Mengidenfikasi kekurangan/ kebutuhan untuk membantu memilih intervensi
  9. Menentukan kembalinya perstatik
  10. Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi
  11. Indikator volume sirkulasi/ perkusi
  12. Untuk mempertambah nutrisi tubuh
Untuk mencegah kekurangan nutrisi
4.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa takut kegemukan yang tidak wajar























Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam gangguan citra tubuh dapat terpenuhi.
KH :
- Klien menyatakan penerimaan dirinya sendiri
- Klien mampu beradaptasi terhadap perubahan
- Klien mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup
- Klien dapat berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah terjadi
- Klien dapat berpartisipasi dalam Tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi
  1. Buat hubungan teraupetik perawat/pasien
  2. Tingkatkan konsep diri tanpa penilaian moral
  3. Berikan pasien untuk menggambarkan dirinya sendiri
  4. Sadari reaksi sendiri terhadap perilaku pasien.
  5. Dorong pasien untuk menghargai hidup sendiri dengan cara lebih sehat dengan membuat keputusan sendiri dan menerima diri sendiri.
  6. Libatkan dalam program pengembangan pribadi
  7. Anjurkan konsultasi pada konsultan citra diri
  8. Gunkan pendektan psikoterapi,daripada terapi penafsiran.
  1. Membantu pasien dapat memulai untuk mempercayai dan mencoba pemikiran dan perilaku.
  2. Agar komunikasi pasien dan perawat berjalan dengan baik
  3. Memberikan kesempatan mendiskusikan persepsi pasien tentang/gambaran diri dan kenyataan situasi individu.
  4. Mengembalikan kepercayaan diri pasien
  5. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri
  6. Gambaran positif meningkatkan harga diri.
  7. Memperbaiki citra diri menjadi baik
  8. Banyak cara membuat penampilan lebih baik tetapi positif



5.

















Risiko kerusakan integritas kulit b.d. gangguan nutrisi/ status metabolik, dehidrasi.








Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam risiko kerusakan integritas dapat terpenuhi.
KH :
  • Tidak terlihat iritasi pada kulit klien
  • Kulit klien lembab
  • Warna kulit sawo matang (tidak kemerahan)
  • Tidak ada lesi
  1. Observasi kemerahan, pucat.
  2. Dorong mandi tiap 2 hari 1 kali.
  3. Gunakan krim kulit 2 kali sehari dan setelah mandi.
  4. Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering.
  5. Tekankan pentingnya masukan nutrisi/ cairan adekuat ( rujuk ahli nutrisi)
  1. Area ini meningkatkan resiko untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan lebih intensif.
  2. Sering mandi menbuat kekeringan kulit.
  3. Melicinkan kulit dan menurunkan gatal.
  4. Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah tekanan lama pada jaringan.
  5. Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit.
6.
Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d. kurang mengenal informasi tentang kondisi, keterampilan koping tak adaptif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan dapat teratasi.
KH :
  • klien


  1. Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan belajar.
  2. Kaji kebutuhan diet.
  3. Dorong konsumsi makan tinggi serat dan masukan cairan adekuat.
  4. Dorong penggunaan teknik relaksasi dan manajemen stres.
  5. Berikan informasi tertulis untuk pasien dan orang terdekat.


  1. Belajar lebih mudah bila mulai dari pengetahuan peserta belajar.
  2. Pasien atau keluarga memerlukan bantuan dalam perencanaan untuk cara makan baru.
  3. Pasien atau keluarga memerlukan bantuan dalam perencanaan untuk cara makan baru.
  4. Cara baru koping dengan perasaan ansietas dan takut akan membantu pasien mengatasi perasaan ini lebih efektif.
  5. Membantu sebagai pengingat dan penguat belajar.

  1. Pelaksananaan Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan Pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Fase implementasi atau pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan, dan pengumpulan data.

  1. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus-menerus dan melibatkan pasien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, petofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak, dan untuk melakukan pengkajian ulang.
PEMBAHASAN

  1. Uraian Kasus
Nn. R (18 tahun) dibawa ibunya ke poliklinik. Ibu mengatakan khawatir karena Nn. R terlihat semakain kurus, padahal menurut ibu Nn. R makan sangat banyak sekali melebihi orang dewasa yang lain. Kemarin ibu melihat Nn. R muntah-muntah setelah makan yang banyak. Ibu takut Nn.R mengalami penyakit tertentu. Di kamar klien ditemukan obat pencahar, klien mengakui sering meminum obat tersebut. Perawat melakukan pengkajian dan didapatkan data TB 165 cm, BB 46 kg, TD: 100/60mmhg, N: 80x/mnt, P: 16x/mnt, S: 36,5C. Klien terlihat pucat, mukosa mulut kering. Klien mengakui kebiasaan makannya yang banyak dan sengaja memuntahkannya, klien ingin mencapai berat badan yang ideal karena menurut klien saat ini badannya gemuk.

  1. Asuhan Keperawatan
  1. Pengkajian
  1. Data Fokus
DS :
  • Ibu klien mengatakan khawatir karena klien terlihat semakain kurus
  • ibu klien mengatakan klien makan sangat banyak sekali melebihi orang dewasa yang lain. ibu klien mengatakan melihat klien muntah-muntah setelah makan yang banyak.
  • Ibu klien mengatakan takut klien mengalami penyakit tertentu.
  • klien mengatakan sering meminum obat pencahar.
DO :
  • TTV : TB 165 cm, BB 46 kg, TD: 100/60mmHg, N: 80 x/mnt, P: 16 x/mnt, S: 36,5C
  • Klien terlihat pucat
  • mukosa mulut kering
  1. Analisa data
No
Data
Masalah
Etiologi
1.
DS :
  • Ibu klien mengatakan klien muntah-muntah setelah makan yang banyak
  • Klien mengatakan sering meminum obat pencahar
  • Klien mengatakan kebiasaan makannya yang banyak dan sengaja memuntahkannya
DO :
  • TTV :
  • N : 80 x/menit
  • P : 16 x/menit
  • S : 36,5C
DT :
  • BB sebelum sakit
  • Inspeksi Konjungtiva
  • Pola makan klien
  • Bising usus
  • Palpasi abdomen (adanya nyeri tekan)
  • Pola eliminasi
  • Output feses
  • Inspeksi feses (warna, konsentrasi)
  • Hasil laboratorium :
  • Na : 135 -145 mEq/L
  • Ca: 4-5 mEq/L
  • K : 3.5 – 5.3 mEq/L
  • Albumin :

kekurangan volume cairan tubuh
Output yang berlebih
2.
DS :
  • ibu klien mengatakan melihat klien muntah-muntah setelah makan banyak
  • klien mengatakan sering meminum obat pencahar
  • klien mengatakan kebiasaan makannya yang banyak dan sengaja memuntahkannya.
DO :
  • TB 165 cm
  • BB 46 kg
IMT : 16,54 m
  • TTV :
  • TD : 100/60 mmHg
  • N : 80 x/menit
  • P : 16 x/menit
  • S : 36,5 C
  • Klien terlihat pucat
  • Mukosa mulut kering
DT:
  • Turgor kulit
  • Intake dan output cairan
  • Tingkat kesadaran
  • Frekuensi muntah klien
  • Inspeksi kulit (temperatur, warna)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Rangsangan muntah sendiri, penggunaan laktasif berlebihan
3.
DS :
  • Klien mengatakan ingin mencapai berat badan yang ideal karena menurut klien saat ini badannya gemuk
DO :
DT :
  • Penyusuaian diri terlalu berlebihan, tergantung pada pendapat orang lain
  • Menyatakan malu
  • Pandangan diri sebagai gemuk meskipun berat badan normal
  • Kehilangan kontrol dalam asupan nutrisi dan pengeluarannya
Gangguan citra tubuh
Rasa takut kegemukan yang tidak wajar

  1. Diagnosa Keperawatan
  1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih.
  2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rangsangan muntah sendiri, penggunaan laktasif berlebihan.
  3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa takut kegemukan yang tidak wajar.

3. intervensi Keperawatan
1.
Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kekurangan volume cairan tubuh dapat terpenuhi.
KH :
  • TTV : s: 36-37C, TD: 110/70- 120/ 70 mmHg, P: 16-20 x/menit, N: 80-100 x/menit
  • intake dan output seimbang
  • abdomen tidak cekung
  • membran mukosa lembab
  • turgor kulit kembali dalam 3 detik
  • tidak ada muntah
hasil laboratorium : Na: 135 -145 mEq/L, Ca: 4-5 mEq/L, K : 3.5 – 5.3 mEq/L
  1. Awasi TTV nadi status membran mukosa turgor kulit
  2. Awasi jumlah masukan cairan (intake & output)
  3. Indentifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan cairan
  4. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan tugr kulit
  5. Memberikan cairan sesuai indikasi
  6. Auskultsi bising usus
  7. Awasi pemeriksaan laboratorium tentang elektrolit
  8. Menimbang berat badan tiap hari
  9. Kaji riwayat pasien atau orang terdekat sehubungan lamanya dari muntah
  10. Suhu , warna kulit, kelembapan kulit
  11. kolaborasi pemberian cairan infus
  1. Indikator keadekuatan volume sirkulasi
  2. Untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit
  3. Melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakseimbangan
  4. Menunjukan kehilangan cairan
  5. Memperhatikan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit
  6. Mencegah terjadinya infeksi pada saluran pencernaan
  7. Memberikan informasi tentang volume sirkulasi, keseimbangan elektrolit
  8. Mengukur keadekuatan pengantian cairan
  9. Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total
  10. Mengindikasi terjadinya dehidrasi
  11. Agar tidak terjadi dehidrasi tubuh

2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rangsangan muntah sendiri, penggunaan laktasif berlebihan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat terpenuhi.
KH :
  • berat badan dalam rentang normal dari perhitungna berat badan ideal
  • asupan nutrisi seimbang sesuai berat badan
  • bising usus 5 – 30 x/menit
  • abdomen tidak terdapat nyeri tekan
  • tingkat kesadaran kompos mentis
  • konjungtiva merah muda

  1. Berikan pengawasan pasien dengan tetap tingggl diruangan tanpa kamar mandi
  2. Hindari pemberian laktasif
  3. berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan
  4. Libatkan pasien dalam pengusun / melakukan program perubahan perilaku
  5. Timbang berat badan tiap hari buat jadwal teratur
  6. Rujuk keahlian gizi
  7. Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan sebelumnya
  8. Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama
  9. Auskultasi bising usus
  10. Berikan tambahan makanan / nutrisi dukung total bisa dibutuhkan
  11. Kaji TTV, membra mukosa, turgor kulit
  12. dorong klien untuk makan semua makanan
  13. Awasi pemeriksaan laboratorium, antara glukosa serum, albumin dan total protein
  1. Mencegah muntah selama / setelah makan
  2. Penguanaan berakibat buruk karena digunakan sebagai pembersih makan / kalori tubuh oleh pasien
  3. Perawatan diri memberikan kontrol lingkungan di mana masuknya makanan, muntah/ obat dan aktivitas dipantau
  4. memberikan situasi terstuktur untuk mengambarkan kearah yang lebih baik
  5. Pengawasan kehilangan dan alat pengkaji kebutuhan nutrisi
  6. Perlu bantuan dalam perencanaan memenuhi kebutuhan nutrisi
  7. Memberikan informasi tentang adekuat masukan untuk pemenuhan nutrisi
  8. Mengidenfikasi kekurangan/ kebutuhan untuk membantu memilih intervensi
  9. Menentukan kembalinya perstatik
  10. Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi
  11. Indikator volume sirkulasi/ perkusi
  12. Untuk mempertambah nutrisi tubuh
  13. Untuk mencegah kekurangan nutrisi
3.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa takut kegemukan yang tidak wajar























Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam gangguan citra tubuh dapat terpenuhi.
KH :
- Klien menyatakan penerimaan dirinya sendiri
- Klien mampu beradaptasi terhadap perubahan
- Klien mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup
- Klien dapat berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah terjadi
- Klien dapat berpartisipasi dalam Tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi
  1. Buat hubungan teraupetik perawat/pasien
  2. Tingkatkan konsep diri tanpa penilaian moral
  3. Berikan pasien untuk menggambarkan dirinya sendiri
  4. Sadari reaksi sendiri terhadap perilaku pasien.
  5. Dorong pasien untuk menghargai hidup sendiri dengan cara lebih sehat dengan membuat keputusan sendiri dan menerima diri sendiri.
  6. Libatkan dalam program pengembangan pribadi
  7. Anjurkan konsultasi pada psikologi
  8. Gunkan pendektan psikoterapi,daripada terapi penafsiran.
  1. Membantu pasien dapat memulai untuk mempercayai dan mencoba pemikiran dan perilaku.
  2. Agar komunikasi pasien dan perawat berjalan dengan baik
  3. Memberikan kesempatan mendiskusikan persepsi pasien tentang/gambaran diri dan kenyataan situasi individu.
  4. Mengembalikan kepercayaan diri pasien
  5. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri
  6. Gambaran positif meningkatkan harga diri.
  7. Memperbaiki citra diri menjadi baik
  8. Banyak cara membuat penampilan lebih baik tetapi positif





DAFTAR PUSTAKA

Chandrasoma, Parakrama. 2005. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E. 2005. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta: EGC.
Tucker, Susan Martin, at all. 1998. Standart Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi. Jakarta: EGC.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Stuart, Gail Wiscarz. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC.
Townsend, Mary C. 1998. Buku Saku Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri: Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Purwa, Sandi. 15 September 2010. askep-askeb-kita.blogspot.com/
Menita, Sherli. 20 Oktober 2010. file:///G:/bulimia%20nervosa/BULIMIA%20NERVOSA%20%C2%AB%20DokMud's%20zone.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar