Jumat, 26 November 2010

MAKALAH KONJUNGTIVA


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan dan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “KONJUNGTIVITIS”.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapatkan hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka makalah ini dapat terselesaikan, dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
  1. Ibu Ns.Dwi Agustina, S.Kep, selaku pembimbing makalah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jayakarta.
  2. Ibu Ns. Ratna Sari Dewi, S.Kep, selaku koordinator mata ajar sistem persepsi sensori
  3. Rekan- rekan mahasiswa serta semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun bagi perbaikan dan kesempurnaan makalah yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini memberikan nilai tambah bagi pembaca pada umumnya dan profesi keperawatan pada khususnya.



Jakarta, April 2010












i

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang................................................................................................... 1
    2. Tujuan................................................................................................................ 2
      1. Tujuan Umum.............................................................................................. 2
      2. Tujuan Khusus............................................................................................. 2
    3. Sistematika Penulisan........................................................................................ 2
BAB II KONSEP DASAR
2.1 Konsep Dasar Konjungtivitis............................................................................. 3
2.1.1 Pengertian...................................................................................................... 3
2.1.2 Anatomi Konjungtiva..................................................................................... 3
2.1.3 Epidemologi................................................................................................... 4
2.1.4 Etiologi........................................................................................................... 4
2.1.5 Gejala Tanda.................................................................................................. 6
2.1.6 Manifestasi Klinis.......................................................................................... 6
2.1.7 Patofisiologi................................................................................................... 7
2.1.8 Pemeriksaan penunjang................................................................................. 8
2.1.9 Penatalaksanaan............................................................................................. 8
2.1.10 Upaya pencegahan....................................................................................... 9
2.2 Asuhan Keperawaatan Konjungtivitis............................................................... 9
BAB III TINJAUAN KASUS
    1. Uraian Kasus...................................................................................................... 14
    2. Asuhan Keperawatan......................................................................................... 14
      1. Data Fokus................................................................................................. 14
      2. Analisa Data............................................................................................... 15
      3. Diagnosa Keperawatan.............................................................................. 17
      4. Perencanaan keperawatan.......................................................................... 18
      5. Evaluasi..................................................................................................... 22
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan........................................................................................................ 23
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan............................................................................................................ 24
5.2 Saran................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 25

BAB I
PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang

Konjungtivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisanluar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia (Anonim, 2009). Konjungtivitis, terdiri dari: 1. Konjungtivitis alergi (keratokonjungtivits atopik, simple alergik konjungtivitis, konjungtivitis seasonal, konjungtivitis vernal, giant papillary conjungtivitis). 2. Konjungtivitis bakterial (hiperakut, akut, kronik). 3. Konjungtivitis virus (adenovirus, herpetik). 4. Konjungtivitis klamidia. 5. Bentuk konjungtivitis lain (Contact lens-related, mekanik, trauma, toksik, neonatal, Parinaud’s okuloglandular syndrome, phlyctenular, sekunder). Boleh dikatakan masyarakat sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikroorganisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik

Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasus Konjungtivitis karena peran dan fungsi perawat dalam merawat pasien Konjungtivitis sangat penting,selain itu konjungtivitis berbahaya,bahkan dapat menyebabkan kerusakan pada mata. Maka dari itu peran perawat dalam kasus Konjungtivitis ini adalah membantu proses kesembuhan diri pasien, baik fisik maupun psikis, mengayomi, memberi motivasi dan menjaga pasien.




    1. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan konjungtivitis. Mengetahui konsep medis dari Penyakit Konjungtivitis
1.2.2 Tujuan Khusus
Secara khusus '' Asuhan Keperawatan Klien dengan konjungtivitis'', ini disusun supaya :
a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab, klasifikasi, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,serta proses keperawatan yang akan dijalankan.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan konjungtivitis
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi pendidikan kesehatan yang diperlukan pada pasien yang dirawat dengan keluhan konjungtivitis
d.Agar makalah ini dapat menjadi bahan ajar bagi mahasiswa lainnya tentang berbagai hal yang berhubungan dengan konjungtivitis.

1.3 Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Konsep Dasar
Bab III : Kasus
Bab IV : Pembahasan
Bab V : Simpulan dan Saran





BAB II
KONSEP DASAR

    1. Konsep Dasar Konjungtivitis
      1. Pengertian
Radang konjungtiva disebut konjungtivitis Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau respons alergi.Karena meradang konjungtiva menjadi merah,membengkak,dan nyeri bila ditekan ( Elizabeth j.Corwn,2000 ). Konjungtivitas adalah inflamasi peradangan konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat, matatampak merah sehingga sering disebut penyakit mata merah.
Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik
      1. Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea).
Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
1. konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2. konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
3. forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola mata) (Alamsyah, 2007). Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea.

2.1.3 Epidemologi
Epidemiologi Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak pada anak-anak dengan gizi kurang atau sering mendapat radang saluran napas, serta dengan kondisi lingkungan yang tidak higiene. Pada orang dewasa juga dapat dijumpai tetapi lebih jarang. Meskipun sering dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru, tapi tidak jarang penyakit paru tersebut tidak dijumpai pada penderita dengan konjungtivitis flikten. Penyakit lain yang dihubungkan dengan konjungtivitis flikten adalah helmintiasis. Di Indonesia umumnya, terutama anak-anak menderita helmintiasis, sehingga hubungannya dengan konjungtivitis flikten menjadi tidak jelas
2.1.4 Etiologi / penyebab
Konjungtivitis biasanya adalah sebagai akibat dari infeksi-bakteri, jamur, atau virus. Konjungtivitis dapat bersifat akut, subakut, atau kronik. Pada beberapa kasus, keadaan tadi mungkin disebabkan oleh reaksi alergi dan kadang-kadang berhubungan dengan penyakit tertentu, misalnya rosasea.
Diskar seperti air terjadi apabila konjungtivitasnya disebabkan oleh benda asing, alergi, atau infeksi virus; tetapi bersifat mukopurulenta pada adanya infeksi bakteri atau jamur.
Keratokonjungtivitis virus paling sering disebabkan oleh adenovirus dan virus herpes simpleks.
Konjungtivitis inklusi (konjungtivitis kolam renang) lazim terjadi diseluruh dunia, ditandai secara klinis oleh radang akut disertai nyeri, mata merah, keluar secret dan secara histologist didapatkan kumpulan limfosit pada konjungtiva. Penyebabnya adalah golongan klamidia, yang dikenali sebagai inklusi pada sitoplasma sel yang terinfeksi yang diperoleh dari eksudat. Penyakit ini ditularkan melalui tangan yang terkontaminasi, handuk yang dipakai bersamaan orang lain dan infeksi fetus yang lahir melalui jalan lahir yang terinfeksi. Infeksi ini dapat sembuh spontan, penyembuhan berlangsung setelah beberapa hari.
Trakoma merupakan infeksi klamidia yang lebih serius yang menimbulkan destruksi kornea yang berlangsung lama sehingga timbul kebutaan pada kasus yang tidak mendapatkan pengobatan dini. Radang akut konjungtiva berlanjut ke fase kronis yang dapat menimbulkan hyperplasia epitel, sebukan limfosit dan pembentukan penus- suatu masa peradangan jaringan granulasi yang menempati lapisan permukaan kornea dan mengakibatkan kebutaan. Trakoma merupakan penyebab tersering kebutaan pada Negara-negara berkembang di daerah tropis.
Keratokonjungtivitis Achantamoeba. Epidemic keratokonjungtivitis yang disebabkan oleh amoeba achantamoeba telah diteliti merupakan akibat penggunmaan cairan pembersih lensa kontak yang terkontaminasi.
Konjungtivitis alergi. Konjungtivitis alergi juga disebut konjungtivitis vernalis (musim semi) bersifat musiman karena kontak dengan tepung sari dilingkungan dan dihubungkan dengan hay fever. Secara histologist tampak hyperplasia sel goblet serta sebukan limfosit dan eosinafil.
Konjungtivitis bflikterunalis merupakan reaksi hipertensitivitas lambat akibat antigen bakteri, seperti mycobacterium tubercolosis dan staphylococcus aureus. Penyakit ini ditandai dengan benjolan keras, merah berbentuk palak segitiga didaerah limbus yang mengalami ulserasi kemudian sembuh sekitar 2minggu. Bila mengenai kornea maka dapat menimbulkan jaringan parut dan gangguan penglihatan.




2.1.5 Gejala dan Tanda-tanda
Gejala dan tanda-tanda yang timbul pada klien konjungtivitis yaituMata terasa kasar menggatalkan, merah dan mungkin berair. Kelopak mata mungkin menempel sewaktu bangun tidur. Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih.Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi.
Gejala lainnya adalah: - mata berair - mata terasa nyeri - mata terasa gatal - pandangan kabur - peka terhadap cahaya - terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari,Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membenkak,Produksi air mata berlebihan (epifora).Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.
Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan.Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya. Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein),dan dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah
      1. Patofisiologi
Sebagian besar inflamasi mata disebabkan oleh makroorganisme, irigasi mekanis, atau sensitivitas terhadap suatu zat. untungnya inflamasi tersebut tidak meningalkan bekas yang permanen. inflamasi kornea yang berat atau ulkus kornea dapat menyebabkan kerusakan kornea yang meyebabkan ganguan penglihatan. komplikasi dari uveitis dapat menimbulkan perekatan, glaukoma sekunder dan hilang penglihatan.
Sebagian besar inflamasi mata adalah tembel dan konjungtivitis. Tembel adalah infeksi folikel bulu mata atau kelenjar pinggir kelopak mata yang relatif ringan. Organisme orang yang sering menginfeksi adalah stafilokokus. Infeksi ini cenderung berkumpul karena organisma infeksi menyebar dari folikel rambut yang satu ke yang lainnya. Kebersihan yang kurang dan gangguan kosmetik yang berlebihan dapat merugikan faktor pendukung. Orang–orang seharusnya diajarkan untuk tidak memencet tembel karena infeksi dapat menyebar dan menyebabkan selulitis pada kelopak mata.
Konjungtivitis merupakan bagian besar dari penyakit mata dan ada yang akut dan ada yang kronik. Konjungstivitis bakteri akut biasanya ditularkan oleh kontak langsung. Orang yang menyentuh matanya dengan jari akan mengkontaminasi benda–benda seperti : handuk atau lap. Organisme penyebabnya biasanya stafilokokus dan adenovirus. Konjungstivitis sederhana biasanya tidak lama.
Infeksi oleh Chlamydia trachomatis menyebabkan trachoma, suatu bentuk konjungstivitis yang jarang di Amerika Serikat. tetapi bisa menyebabkan kebutaan terutama bagi orang-orang yang hidup didaerah kering dan pendapatannya rendah, negara-negara di mediterranean yang panas dan timur jauh. Trachoma timbul mengikuti konjungstivitis akut, kelopak mata menjadi berparut dan terbentuk granulasi-granulasi di permukaan dalam kelopak dan menyebar ke kornea yang pada akhirnya menimbulkan hilangnya penglihatan.
Pemeliharaan kebersihan penting untuk mencegah dan mengatasi trachoma. Kornea yang parut memerlukan transplantasi kornea mata. Konjungstivitis alergi biasanya disertai demam, kronis dan berulang-ulang.

      1. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan sitologi untuk menidentifikasi penyebab peradangan. Atas indikasi dilakukan pemeriksaan khusus lainnya, misalnya untuk radang yang kronik untuk diperiksa produksi basal air mata dengan melakukan test schirmer. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan darah dan pemeriksaan lain untuk mencari sumber infeksi lain.



      1. Penatalaksanaan
a. Konjungtivitis bakteri biasanya diobati dengan tetes mata atau kream atibotik, tetapi sering sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2 minggu tanpa pengobatan. Karena sangat menular diantara anggota keluarga lain dan teman sekolah, maka diperlukan teknik mencuci tangan yang baik dan pemisahan handuk bagi orang yang terjangkit. Anggota keluarga jangan bertukar bantal atau seprai.
b. kompres hangat pada mata dapat mengangkat rabas
c. konjungtivitis akibat virus biasanya diobatai dengan kompres hangat. Untuk mencegah
penularan, di perlukan teknik mencuci tangan yang benar
d. konjungtivitis alergi diobati dengan menghindari alergen apabila mungkin, dan pemberian tetes mata yang mengandung antihistamin atau steroid untuk mengurangi gatal dan peradangan.
e. Setelah dilakukan pemeriksaan mata secara umum, maka kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan sitologi untuk menidentifikasi penyebab peradangan. Atas indikasi dilakukan pemeriksaan khusus lainnya, misalnya untuk radang yang kronik untuk diperiksa produksi basal air mata dengan melakukan test schirmer. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan darah dan pemeriksaan lain untuk mencari sumber infeksi lain.
f. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %). Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.


2.1.8 Upaya pencegahan
Untuk mencegah makin meluasnya penularan konjungtivitis, kita perlu memperhatikan langkah-langkah berikut
 1. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata.
2. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
 3. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
 4. Mencuci tangan sesering mungkin, terutama setelah kontak (jabat tangan, berpegangan, dll) dengan penderita konjungtivitis.
5. Untuk sementara tidak usah berenang di kolam renang umum.
6. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.

2.2 Asuhan Keperawatan Konjungtivitis
Proses Keperawatan adalah pendekatan penyelesaian masalah yang sistematik untuk merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan yang melibatkan lima fase berikut ini : pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi, evaluasi ( Jos dan Kate, 2006 : 256 dalam Evi Agustini, 2006).
Proses Asuhan Keperawatan terdiri dari beberapa tahap :

      1. Pengkajian
Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan (Jos dan Kate, 2006:270 dalam Evi Agustini,2006).

Data yang dikumpulkan meliputi :
  1. Identitas
    1. Identitas klien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
    1. Identitas penanggung jawab
identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
  1. Riwayat Kesehatan
    1. Keluhan utama
merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian.
    1. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.
    1. Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya.
    1. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit konjungtivitis
  1. Pemeriksaan fisik
    1. Keadaan Umum
  1. Penampilan Umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien
  1. Kesadaran
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien.
  1. Tanda-tanda Vital
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (TPRS)
    1. Sistem persepsi sensori /penglihatan
Mengkaji tentang keadaan mata / penglihatan, dan keadaan konjungtiva

  1. Pola aktivitas
    1. Nutrisi
Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
    1. Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan aktivitas dan anjuran bedrest
    1. Aspek Psikologis
Kaji tentang emosi, Pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati
    1. Aspek penunjang
    1. Hasil pemeriksaan Laboratorium
    2. Obat-obatan satu terapi sesuai dengan anjuran dokter.

      1. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko cedera berhubungan dengan peningkatan TIO(peningkatan intraokuler, kehilangan vitreous)
Kriteria Hasil :
  • menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera
  • menunjukan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri sendiri dari cedera
  • mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.






  • Intervensi
Rasional
  • beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang tidak sakit sesuai keinginan klien

  • batasi aktivitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata atau membongkok

  • anjurkan menggunakan teknik managemen stres seperti bimbingan imaginasi, visualisasi, nafas dalam dan latihan relaksasi

  • pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi
  • menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan resiko perdarahan atau stres pada mata yang sakit
  • menurunkan stres dan menurunkan TIO


  • meningkatkan relaksasi dan koping, menurunkan TIO



  • digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata
2. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif
Kriteria hasil :
  • Meningkatkan kesembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritma dan demam

Intervensi
Rasional
  • diskusi pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh atau mengobati mata
  • observasi tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak bengkak, drainase purulen
  • kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi:
antibotik (topikal, parental atau subkonjungtival).
  • menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area oprasi
  • infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi.
  • Sediaan topikal digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi serta digunakan untuk menurunkan infeksi.

3. Gangguan sensori-perseptual berhubungan dengan status organ indra
Kriteria hasil :
  • Meningkatkan ketajaman pengelihatan dalam batas situasi individu
  • Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan
  • Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan
Intervensi
Rasional
  • Tentukan ketajaman pengelihatan, catat apakah salah satu atau kedua mata terlibat

  • Orientasikan pasien terhadap lingungan, staf orang lain diareanya


  • observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi; pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh dari anestesia



  • perhatikan tentang suram atau pengelihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata
  • Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan pengelihatan terjadi lambat dan progresif
  • Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pascaoperasi
  • Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenaldan mengalami keterbatasan pengelihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua. Menurunkan risiko jatuh bila pasien bingung/tak kenal ukuran tempat tidur
  • Gangguan pengelihatan/iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata terapi secara bertahap menurun dengan penggunaan
4. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobaan berhubungan dengan kurangnya mengenal sumber informasi
Kriteria hasil :
Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan
Intervensi
Rasional
  • Informasikan pasien untuk menghindari obat tetes mata yang dijual bebas
  • Diskusikan efek/interaksi antara obat mata dan masalah medis pasien, contoh peningkatan hipertensi, PPOM, diabetes. Ajarkan metode yang tepat memasukan obat tetes untuk meminimalkan efek sistemik
  • Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung; penggunaan sprei, bedak bubuk, merokok (sendiri/orang lain)
  • Dapat bereaksi silang/campur dengan obat yang diberikan

  • Penggunaan obat topikal, dapat menyebabkan TD meninggkat pada pasien hipertensi.tindakan benar dapat membatasi absorpsi dalam sirkulasi sistemik, meminimalkan masalah seperti interaksi obat dan efek sistemik yang tidak diinginkan
  • Aktivitas yang menyebabkan mata lelah/regang, manuver valsalva atau meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan. Catatan: iritasi pernafasan yang menyebabkan batuk/bersin dapat meningkatkan TIO





5. Ansietas berhubungan dengan nyeri
Kriteria hasil
Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi


Intervensi
Rasional
  • Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri/timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini

  • Berikan informasi yang akurat dan jujur. Didiskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan pengelihatan tambahan
  • Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan
  • Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus ansietas dan dapat mempengaruhiupaya medik untuk mengontrol TIO
  • Menurunkan ansietas sehubungsn dengan ketidaktahuan/harapan yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan
  • Memberikan kesempatanuntuk pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah

      1. Perencanaan
Perencanaan merupakan akativitas berorientasi tujuan dan sistemik dimana rancangan intervensi keperawatan dituangkan dalam rencana keperaawatan.
      1. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat melakukan proses asuhan keperawatan yang sesuai dengan tujuan yang spesifik (Jos dan Kate,2006:320 dalam Evi Agustini,2006).
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2001 :63 dalam Evi Agustini,2006).
      1. Evaluasi
Perawat dapat melakukan evaluasi terhadap respon klien dari tindakan keperawatan yang dilaksanakan pada klien unutk mendapatkan kasus sebagai data dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada klien untuk mendapatkan kasus sebagai data dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang berkesinambingan.
Evaluasi adalah proses yang terus menerus kerena setiap intervensi dikaji efektivitasnya dan intervensi alternative digunakan sesuai kebutuhan (Bobak, 2005 :195,Evi Agustini,2006).
Evaluasi adalah tindakan intelektual unutk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rnecana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam,2001:71 dalam Evi Agustini,2006)
Evaluasi adalah fase akhir proses keperawatan (Jos dan Kate,2006:330 dalam Evi Agustini, 2006). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikirnya (Keliat,1999:15 dalam Evi Agustini,2006).
S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O : Respon Objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A : analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa respon klien






BAB III
TINJAUAN KASUS
    1. Uraian Kasus
Tn. B 26 Tahun datang ke Polyklinik Rumah Sakit dengan keluhan mata merah, ngeres (seperti ada pasir atau sesuatu yang mengganjal), gatal, rasa panas, nyeri dis ekitar mata, air mata keluar berlebihan serta membangkakkan (edema) pada mata. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter, klien deberikan terapi tetes mata antihistamin (antazoline 0,5%), kortikosteroid (deksamethason 0,1%), klien tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium. Lakukan rencana keperawatan !

3.2 Asuhan Keperawatan
3.2.1 Data Fokus
1) Data Subjektif
-Klien mengeluh mata merah
-Klien mengeluh mata ngeres
-Klien mengeluh gatal pada mata
-Klien mengeluh rasa panas pada mata
-Klien mengeluh nyeri disekitar mata
2) Data Objektif
- Air mata keluar berlebihan serta membangkakkan (edema) pada mata.
- Setelah dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter, klien deberikan terapi tetes mata antihistamin (antazoline 0,5%), kortikosteroid (deksamethason 0,1%)

3) Data Laboratorium
- klien tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium.





NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1
DS :
  • klien mengeluh mata gatal, panas
DO :
  • kemerahan pada mata
  • air mata keluar berlebihan
  • edema pada mata
R
ANALISA DATA
isiko terjadi infeksi
Prosedur infasif
2
DS :
  • klien mengeluh mata gatal
DO :
  • kemerahan pada mata
  • air mata keluar berlebihan
  • edema pada mata
Gangguan persepsi sensori: Kurang penglihatan


Status organ indra
3
DS :
  • klien mengeluh nyeri
  • klien mengeluh mata ngeres (seperti ada pasir atau sesuatu yang mengganjal)
DO :
  • kemerahan pada mata
  • edema pada mata

Risiko cedera
Keterbatasan penglihatan
4
DS :
  • klien mengeluh nyeri
  • klien mengeluh gatal-gatal
DO :
  • kemerahan pada mata
  • air mata keluar berlebihan
  • edema pada mata

Gangguan rasa nyaman (nyeri, gatal-gatal)
Proses peradangan / infeksi
5
DS :
  • Klien mengeluh mata ngeres( seperti ada pasir atau sesuatu yang mengganjal)
DO : -


Kurang pengetahuan
Kurangnya mendapatkan informasi














1
3.2.3 Diagnosa Keperawatan

. Risiko terjadi
infeksi berhubungan dengan prosedur infasif

DS :
  • klien mengeluh mata gatal, panas
DO :
  • kemerahan pada mata
  • air mata keluar berlebihan
  • edema pada mata

2. Gangguan persepsi sensori: Kurang penglihatan berhubungan dengan status organ indra
DS :
-klien mengeluh mata gatal
DO :
- kemerahan pada mata
- air mata keluar berlebihan
- edema pada mata

3. Risiko cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
DS :
- klien mengeluh nyeri
- klien mengeluh mata ngeres (seperti ada pasir atau sesuatu yang mengganjal)
DO :
- kemerahan pada mata
- edema pada mata



4. Gangguan rasa nyaman (nyeri, gatal-gatal) berhubungan dengan proses peradangan atau infeksi

DS :
- klien mengeluh nyeri
- klien mengeluh gatal- gatal
DO :
- kemerahan pada mata
- air mata keluar berlebihan
- edema pada mata


5. Kurang pengetahuan berhubugan dengan kurangnya mendapatkan informasi
DS :
- Klien mengeluh mata ngeres( seperti ada pasir atau sesuatu yang mengganjal)
DO :
-

















3.2.4 Perencanaan keperawatan




1. Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan prosedur infasif
Tujuan : Tidak terjadi infeksi lanjutan pada klien dalam 3 x 24
Kriteria Hasil :
- Rasa gatal-gatal berkurang
- Edema pada mata tidak tampak
- penyebaran infeksi tidak terjadi

Intervensi dan Rasional Risiko Terjadi Infeksi
Intervensi
Rasional
- Berikan obat-obatan antibiotika sesuai program
- berikan penjelasan kepada klien tentang penyakitya
- Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata

- Observasi tanda terjadinya infeksi
- untuk mengurangi risiko terjadi infeksi

- untuk mencegah penyebaran infeksi

- Menurunkan jumalh bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area mata

- Inferksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi

  1. Gangguan persepsi sensori: Kurang penglihatan berhubungan dengan status organ indra
Tujuan : Meningkatnya persepsi sensori penglihatan dalam 3 x 24
Kriteria Hasil :
    • Konjungtivitas dan edema kemerahan tidak terdapat pada mata




Intervensi dan Rasional Gangguan Persepsi Sensori : Kurang Penglihatan

Intervensi
Rasional
- Kaji dan catat ketajaman pengelihatan
- Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat/tidak.
- Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan pengelihatan
- Perhatiakn tentang suram/ penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
- Menetukan kemampuan visual

- Memberikan keakuratan thd pengelihatan dan perawatan.
- Meningkatkan self care dan mengurangi ketergantungan
- Gangguan penglihatan dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun penggunaan




  1. 33.Risiko cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
Tujuan : Tidak terjadi cedera pada klien konjungtivitis dalam 3 x 24 jam
Kriteria Hasil :
    • cedera tidak terjadi
Intervensi dan Rasional Risiko cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
Intervensi
Rasional
- orientasikan klien terhadap sekeliling
- singkirkan benda-banda yang menonjol atau berbahaya
- anjurkan klien untuk meminta bantuan selama malam hari
- pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi
- menurunkan risiko cedera
- meminimalkan risiko cedera dan memberi rasa aman
- menurunkan bahaya keamanan

- digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata








  1. Gangguan rasa nyaman (nyeri, gatal-gatal) berhubungan dengan proses peradangan atau infeksi
Tujuan : Memperoleh rasa nyaman dalam 3 x 24 jam
Kriteria Hasil :
    • Klien sudah tidak merasa Nyeri
    • Klien sudah tidak mengeluh mata gatal-gatal
Intervensi dan rasional Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses peradangan atau infeksi
Intervensi
Rasional
- kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri atau timbulnya gejala tiba tiba dan pengetahuan kondisi saat ini
- berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
- dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
- berikan kompres hangat basah
- lakukan irigasi mata
- faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus ansietas dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol TIO.
- menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan / harapan yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.
- memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.
- untuk mengurangi rasa nyeri
- untuk mengeluarkan kotoran



5 Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : dapat melakukan pencegahan atau perawatan secara mandiri dalam 1 x 24 jam
Kriteria Hasil :
- Klien mengatakan paham tentang proses penyakit dan tenang

Intervensi dan rasional kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya infomasi

Intervensi
Rasional
- kaji tingkat pengetahuan klien
- berikan penjelasan pad aklien tentang penyakit yang diderita, penyebab, gejala, dan cara penularan
- informasikan untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas
- diskusikan kemungkinan efek interaksi antara obat mata dan medis pasien, contoh peningkatan hipertensi, PPOM, diabetes. Ajarkan metode yang tepat memasukan obat tetes utnuk meminimalkan efek sistemik.
- anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip ; mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkokan pada panggul, meniup hidung ; menggunakan sprei, bedak bubuk, merokok ( sendiri atau orang lain )
- untuk penentuan intervensi
- untuk memahami tentang proses penyakit dan tidakan yang harus dilakukan
- dapat bereaksi silang atau campur dengan obat yang diberikan
- penggunaan obat mata topikal, contoh simpatomimetik, penyekat beta, dan agen antikolinergik dapat menyebabkan tekanan darah meningkat pada pasien hipertensi ; pencetus dispnea pada pasien PPOM ; gejala krisis hipoglikemik pada diabetes tergantung pada insulin. Tindakan benar dapat membatasi absorpsi dalam sirkulasi sistemik, meminimalkan masalah seperti interaksi obat dan efek sistemik tak diinginkan.
- aktivitas yang menyebabkan mata lelah/regang, manuver valsalva, atau meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan. Catatan : iritasi pernapasan yang menyebabkan batuk/bersin dapat meningkatkan TIO.





3.2.5 Evaluasi


NO
Hari/Tgl
NO. Dx. Kep
SOAP
PARAF
1



1


S : - klien mengatakan mata amih terasa gatal dan panas
O : - tidak terjadi gejala dan tanda infeksi lanjutan
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi




2


2


S :
O : - Edema kemerahan tidak terdapat pada mata
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi


3


3


S :
O : - Edema pada mata berkurang
- Kemerahan pada mata berkurang
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi


4


4


S : - Klien mengatakan matanya tidak merasa Nyeri
- klien mengatakn matanya masih terasa gatal
O :
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

5


5


S : - klien mengatakan paham tentang proses penyakitnya dan tenang
O : -
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi







BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus Konjungtivitis secara teori didapat : ditandai oleh nyeri, konjungtiva memerah dan membengkak, fotofobia (keengganan terhadap cahaya ), dimulai dari satu mata dan dapat menyebar kemata lain, mata mungkin tertutup oleh selaput hijau atau push, sering disertai oleh infeksi saluran nafas, serta timbulnya rasa gatal dan panas pada mata.
Sedangkan pada data klien didapat mata merah, ngeres (seperti ada pasir atau sesuatu yang mengganjal), gatal, rasa panas, nyeri dis ekitar mata, air mata keluar berlebihan serta membangkakkan (edema) pada mata. dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter, klien deberikan terapi tetes mata antihistamin (antazoline 0,5%), kortikosteroid (deksamethason 0,1%)
Pada klien Konjungtivitis sebaiknya dilakukan test schirmer untuk radang yang kronik untuk diperiksa produksi basal air mata. Tetapi pada kasus tidak dilakukan test schrimer dan pemeriksaan laboratorium, karena data-data yang menunjukan sudah menunjukan ke arah konjungtivitis alergik akibat debu yang masuk kedalam mata secara berlebihan.
Dalam teori didapatkan diagnosa keperawatan,yaitu sebagai berikut : Diagnosa Keperawatan Resiko cedera berhubungan dengan peningkatan TIO(peningkatan intraokuler, kehilangan vitreous). Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif. Gangguan sensori-perseptual berhubungan dengan status organ indra. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobaan berhubungan dengan kurangnya mengenal sumber informasi. Ansietas berhubungan dengan nyeri.
Dalam kasus didapatkan diagnosa Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan rasa gatal-gatal Gangguan persepsi sensori: Kurang penglihatan berhubungan dengan konjungtivitas Risiko cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan Gangguan rasa nyaman (nyeri, gatal-gatal) berhubungan dengan proses peradangan atau infeksi Kurang pengetahuan berhubugan dengan kurangnya mendapatkan informasi

Didalam teori maupun kasus didapatkan diagnosa keperawatan yang sama,hal ini terjadi berdasarkan fakta yang muncul dalam kasus.





























BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Mata merupakan organ yang sangat peka. mata dapat terjadi infeksi mata/radang mata yang disebabkan oleh virus, bakteri, trauma, penyakit sistemik, ataupun sensitivitas terhadap suatu zat. seperti halnya konjungstivitis (peradangan pada konjungtiva). tanda dan gejala pada infeksi mata biasanya gatal-gatal, nyeri (ringan–berat) , lakrimasi dan fotofobia.
Bila infeksi mata ini tidak segera diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata dan menimbulkan beberapa komplikasi, pada konjungtivitis komplikasinya dapat berupa ulkus kornea dan meninggalkan jaringan perut, therapi medik untuk infeksi mata dapat diberikan antibiotik topikal, obat tetes steroid, sulfat atropin, douridin dan kompres basah kortikosteroid.

    1. Saran

1.Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu mamahami tentang proses terjadinya konjungtivitis
b. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan penyakit konjungtivitis
2. Bagi sesama profesi/perawat
a.Perawat selalu melakukan pengawasan 1x24 jam pada klien
b.Perawat harus mengetahui sejauh mana perkembangan kesehatan klien






DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (1982). Kapita Selekta Kedokteran edisi ke 2. Jakarta FKUI : Media Aesculapius
Anonim, 1984 “Ilmu Penyakit Mata”. Surabaya : Universitas Airlangga
Chandrasoma, parakramadan clive R. Tylor. 2005. Patologi Anatomi. Jakarta : EGC
Doenges (2001). Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta: EGC
Elizabeth J. Corwin. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Ilyas, Sidarta. 1998 ”Penuntun Ilmu Penyakit Dalam”. Jakarta : FKUI
Margaret R. Thorpe, Vera H Darling. 1996. Perawatan Mata. Yogyakarta : ANDI
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC




http://www.medicastore.com › Kategori PenyakitPenyakit Mata - Tembolok - Mirip (di akses pada tanggal 8 april 2010
http://www.forum.dudung.net › ... › Kesehatan & Perawatan Diri - Tembolok - Mirip ( di akses pada tanggal 8 april 2010 )